Bisnis, Jakarta - Kepala Badan Pengatur Jalan Tol Herry Trisaputra Zuna menyatakan, Indonesia termasuk tertinggal dalam penggunaan uang elektronik (e-money) untuk transaksi pembayaran tol dibanding negara lain. “Negara lain sudah mulai 10 tahun yang lalu, kita baru mulai," ujarnya saat jumpa wartawan, Jumat, 8 September 2017.

Herry mencontohkan negara lain di Asia seperti Singapura dan Jepang sudah menggunakan e-money sudah lama. “Kalau masuk tol ga usah tap lagi, tapi pakai sensor di gerbang depannya," katanya. Sementara Malaysia, kata dia, tak jauh beda dengan Indonesia karena sedang mendorong penggunaan e-money tersebut.

Lebih jauh Herry menyatakan, e-money bukan lagi suatu kebutuhan, tetapi suatu kewajiban. Penggantian uang konvensional menjadi uang elektronik merupakan dilakukan untuk efisiensi yang lebih besar.

Selama ini, kata Herry, permasalahan di ruas tol itu selalu ada di gerbang tol. “Kalau mau gak macet, ya berkendaranya lebih cepat. Salah satu caranya dengan menggunakan kartu elektrok tol.”

Pemerintah menargetkan per tanggal 31 Oktober 2017 seluruh gerbang tol di Jabodetabek akan menggunakan uang elektronik. Per awal bulan Oktober 2017 sebanyak 90 persen gerbang tol diharapkan sudah full menggunakan uang elektronik, lalu di akhir bulan sudah tidak ada lagi penggunaan uang konvensional. "Di Bali sudah cashless sejak 1 Oktober, kita jangan mau kalah lah," ujarnya.

Lebih lanjut Herry menjelaskan, PT Jasa Marga telah bekerja sama dengan beberapa bank penerbit kartu elektronik untuk menerbitkan 1.001 kartu per hari selama 15 hari ke depan. "Total akan ada 3,5 juta kartu yang akan disediakan untuk memenuhi kebutuhan kartu baru yg akan dijual di lapangan," ujarnya.

M. JULNIS FIRMANSYAH