Nasional, Karawang - Prihatin maraknya isu penculikan anak, mantan striker Persib Bandung era-90an Sutiono Lamso memberikan kiat menghindari penculikan. Berseragam polisi, pria yang memegang rekor top skor Persib selama 18 tahun itu hadir atas undangan warga RT04/RW09, Desa Wadas, Kecamatan Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang pada Ahad, 26 Maret 2017.

"Saya memang banting setir jadi polisi setelah pensiun dari sepakbola," kata pencetak 21 gol pada Liga Indonesia musim 1994 -1995, kepada Tempo di Karawang, Ahad, 26 Maret 2017. Di hadapan ratusan warga, Sutiono yang menjabat Kepala Unit Pembinaan Masyarakat Kepolisian Sektor Telukjambe Timur itu berbicara mengenai kiat menjaga keamanan lingkungan.

Baca:
Hoax Penculikan Anak, Polisi: Pelaku Penyebar Isu ...
Isu Penculikan Anak, Komnas PA: Polisi Jangan Cuma ...

Ia meminta agar penduduk tidak main hakim sendiri, karena banyak beredar hoax penculikan. “Banyak orang gila disangka jadi penculik, akhirnya dipukuli," kata Sutiono.

Menurut Sutiono, penculikan anak terjadi akibat pergeseran nilai di masyarakat. Ia mencontohkan kehidupan bertetangga di komplek perumahan yang saling tak peduli. Bahkan tak saling kenal dengan tetangga sebelah. "Padahal keamanan lingkungan itu bisa kokoh kalau antar masyarakat seperti saudara," kata Sutiono.

Mantan mesin gol Persib itu mengingatkan penduduk supaya menghidupkan kembali kearifan lokal leluhur Indonesia. " Kita harus meniru pola kekerabatan masyarakat desa. Satu sama lain saling mengenal. Bahkan seperti saudara," kata dia.

Baca juga:
Hakim: Penegakan Hukum Pada Anak Hanya Obat Sementara
Ricuh Angkutan Online, Kemenhub Sosialisasikan Revisi Peraturan

Sutiono pun mendukung program 'Anak tetangga adalah anak kita'. Program itu dicetuskan oleh Hendra Gustian, ketua RT setempat. Hendra yang pernah 12 tahun tinggal di London, mengaku mengadaptasi sistem society community masyarakat Inggris. "Walaupun terkesan selfish, masyarakat London sangat peduli terhadap tetangga," kata dia.

Hendra mengungkapkan, lingkungan RT04/RW09, Desa Wadas itu didominasi oleh masyarakat pekerja. Sebanyak 60 persen di antaranya adalah keluarga muda dengan banyak anak kecil. “Mereka ditinggal kerja orang tuanya. Sehingga isu culik anak amat meresahkan warga kami."
 
Karena itu, Hendra merangkul setiap masyarakat di lingkungan itu, untuk berkomitmen menjaga anak tetangga laiknya anak sendiri. Untuk mempermudah pengawasan, Hendra memutuskan hanya menggunakan gerbang utama sebagai akses ke pemukiman itu. Penduduk juga mempekerjakan empat petugas keamanan.

Setiap tamu diawasi dengan ketat. “Supaya para orang tua merasa nyaman bekerja saat meninggalkan anak," kata Hendra.

HISYAM LUTHFIANA