Nasional, Pekanbaru - Seekor anak Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) yang ditemukan di kebun karet milik warga di Desa Apiapi, Kecamatan Bukit Batu, Bengkalis, Kamis, 24 Mei 2017 akhirnya mati sehari kemudian. Anak harimau usia enam bulan mati mengalami dehidrasi berat dan mal nutrisi.

"Sehingga terjadi komplikasi di beberapa bagian tubuh," kata Juru bicara Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Wilayah Riau Dian Indriyanti, Sabtu, 27 Mei 2017.

Menurut Dian, anak harimau tersebut sempat menjalani perawatan di Klinik Hewan BBKSDA di Pekanbaru. Beberapa saat harimau sempat bisa berdiri sempoyongan, buang air kecil, menggerakkan telinga dan mengibaskan ekor. Penanganan dilanjutkan dengan infus glukosa, injeksi biosalamin dan antibiotik. "Namun tidak berapa lama kondisinya kembali melemah," jelasnya.

Baca: Kematian Harimau Sumatera Diselidiki, Kuburannya Digali Lagi

Sebelum dikubur kata Dian, tim medis dari Balai Besar KSDA Riau sempat melakukan autopsi terhadap tubuh harimau tersebut. Tim medis menemukan beberapa penyebab kematian yakni mengalami dehidrasi tingkat tinggi, mal nutrisi sehingga terjadi komplikasi di beberapa bagian tubuhnya.

Belum dapat dijelaskan lebih rinci secara medis karena beberapa bagian tubuhnya seperti paru paru, jantung, limpa, usus dan empedu segera dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan lebih lanjut.

"Namun secara kasat mata pada saat dilakukan autopsi dapat dilihat bahwa dalam parunya mengeluarkan nanah dan berwarna merah pucat menandakan bahwa paru parunya kemungkinan terkena infeksi," kata Dian.

Baca: Menteri Tjahjo dan Kisah Perburuan Harimau Sumatera

Sebelumnya, warga menemukan anak harimau itu dalam kondisi lemas tak berdaya di kebun karet Desa Apiapi, Kecamatan Bukit Batu, Bengkalis. Diduga anak harimau yang masih menyusui itu terlepas dari pengawasan induknya, akibatnya harimau mengalami kelaparan dan dehidrasi berat.

RIYAN NOFITRA