Bisnis, Jakarta - Pemerintah menggelar rapat koordinasi menghadapi mudik 2017. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menyatakan, rapat persiapan mudik lebaran sudah dilaksanakan selama enam kali. Rapat membahas hambatan-hambatan yang mungkin akan dialami terkait transportasi angkutan udara, darat, lalut, roro, hingga angkutan udara. "Persiapan kami ini lebih matang, sehingga kecil kemungkinan terjadi kesalahan," ujar Luhut, Selasa 23 Mei 2017.

Baca: Cek Jalur Mudik Lebaran, Budi Karya: Hindarkan Macet di Brexit

Hari ini, Kementerian Perhubungan menggelar rapat koordinasi bersama Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta Korlantas Mabes Polri, untuk membahas kesiapan dalam menghadapi ramadan dan perayaan lebaran 2017. “Rapat ini saya kira betul-betul terpadu sekali sehingga kami merasa semakin kecil kemungkinan-kemungkinan membuat kesalahan, jadi di cek lagi dan lagi di semua lini, di setiap lapisan dalam penyelenggaraan ini,” ujar Luhut dalam acara konferensi pers yang digelar di Kementerian Perhubungan, Selasa, 23 Mei 2017.

Baca: Mudik 2017, Operator Seluler Diminta Antisipasi Trafik di Bandara

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, dalam mudik 2017 kali ini pihaknya akan bertindak sebagai koordinator dan komando di lapangan diserahkan kepada Kakorlantas Brigadir Jenderal Royke Lumowa. Ia menyebutkan, bahwa puncak lebaran akan terjadi pada 23 dan 24 Juli sehingga pemerintah telah melakukan antisipasi di berbagai lini untuk mencegah kemacetan dan permasalahan seperti yang terjadi pada lebaran tahun lalu.

“Dari empat tempat yang signifikan itu ada Bandara Soekarno Hatta, Pelabuhan Merak, Stasiun Gambir dan mungkin Tol Cipali (Cikopo Palimanan). Khusus di Cipali, Kakorlantas sudah melakukan persiapan. Kami juga menyiapkan dua posko yakni di Lantai 7 (Kemenhub) dan di Korlantas, sehingga koordinasi akan lebih intens lagi,” ucap Budi Karya Sumadi.

Kepala Korps Lalu Lintas Mabes Polri Brigadir Jenderal Royke Lumowa mengatakan, pihaknya telah melakukan upaya untuk menentukan titik-titik pengalihan arus yang tepat melalui aplikasi elektronik, sehingga mereka dapat memonitor kapan waktu tol akan ditutup, kapan dialihkan, dibuat lajur, dan sebagainya. “Berapa volume kendaraan yang lewat, sudah sekian banyak, kapan akan dialihkan, dan dialihkan ke mana, itu sudah by program. Kami upayakan itu bisa secara elektronik ada program penghitungannya,” tutur Royke.

Ia menyebut, ada beberapa titik mudik di Jawa Tengah yang akan menjadi pusat pemantauan arus mudik, yakni jalur tol Cikampek, Cipularang, dan Cikopo-Palimanan (Cipali), serta exit tol Pejagan. Di sana, mereka akan mengatur pengalihan arus lalu lintas apabila kepadatan terjadi. “Misal Cikopo, yakni bagaimana kendaraan dialihkan ke Cipali, Pantura, kapan kita alihkan ke Purwakarta, ke Bandung, dan seterusnya. Dalam pengamanan ini, Kakorlantas telah menyiapkan 100 ribu personil yang akan berjaga di sepanjang jalur mudik.

Staf Ahli Kementerian PUPR Adang Saf menambahkan, jalur mudik yang dilalui di sebenarnya belum sempurna, yakni baru berlapis beton setebal 10 sentimeter. Selain itu belum terpasang rambu lalu lintas, dan rest area. Namun jalur tol sepanjang 145 kilometer Pejagan-Semarang dari arah keluar Brebes Timur itu diyakini dapat digunakan secara fungsional pada siang hari.

“Jadi akan difungsikan dua lajur satu jalur, nah mengingat bahwajalur fungsional ini belum sempurna, mohon tentunya pemudik bisa berlaku ekstra hati-hati dan bersiap diri dan semoga jalur fungsional ini nanti bisa membantu meringankan beban untuk jalur Pejagan-Semarang,” tuturnya.

DESTRIANITA