Dunia, Washington - Amerika Serikat menyatakan keprihatinan mendalam atas krisis di Myanmar dan mendesak pihak berwenang di negeri itu memberikan akses bantuan kemanusiaan ke daerah konflik di Rakhine karena kekerasan terhadap minoritas muslim Pemberontak Rohingya Serang Pos Polisi Myanmar, 32 Orang Tewas

"Telah terjadi pemaksaan pemindahan populasi lokal yang signifikan menyusul tuduhan pelanggaran hak asasi manusia yang serius -termasuk pembakaran massal di desa Rohingya dan kekerasan yang dilakukan oleh pasukan keamanan dan juga warga sipil bersenjata," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika, Heather Nauert, kepada wartawan pada Kamis, 7 September 2017.

"Kami kembali mengecam serangan mematikan terhadap pasukan keamanan Myanmar, namun kami juga bergabung dengan masyarakat internasional untuk mendesak pasukan keamanan mencegah serangan lebih lanjut terhadap penduduk lokal."

PBB mengatakan, lebih dari 250 ribu pengungsi, hampir sebagian besar di antaranya warga Rohingya meninggalkan Myanmar menuju Bangladesh sejak kekerasan pecah pada Oktober 2016.

Baca: Longgarkan Gerakan Rohingya, Myanmar Terhindar dari Ekstrimisme

Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi mengatakan pada Kamis, 7 September 2017, pemerintahannya akan melakukan yang terbaik untuk melindungi setiap orang di Rakhine.

Beberapa saksi mata menerangkan, seluruh desa mereka dibakar sejak sejumlah militan Rohingya melancarkan serangan ke sejumlah pos polisi pada 25 Agustus 2017. Aksi ini selanjutnya dibalas serangaan militer pemerintah secara besar-besaran terhadap warga Rohingya.

AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN