Nasional, Jakarta - Ahli bahasa dari Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, Bambang Kaswanti, mengatakan bahwa pidato Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang menyinggung Surat Al-Maidah ayat 51, tidak memiliki unsur kampanye.

"Tidak. Dia tidak berkampanye," kata Bambang saat bersaksi di persidangan kasus dugaan penodaan agama atas terdakwa Ahok  di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Rabu, 29 Maret 2017.

Baca: Sidang Ahok, Mantan Wakil Ketua Pengadilan Tinggi DKI Jadi Saksi

Menurut Bambang, tidak ada unsur kampanye karena Ahok berkali-kali mengatakan "Jangan pilih saya", dalam pidatonya di Kepulauan Seribu, pada 27 September 2016.

Dalam penelitiannya terhadap kalimat dalam pidato Ahok, Bambang menyebutkan, ada 14 kata yang berkaitan dengan Pilkada, salah satunya kalimat "Jangan pilih saya" dan "Kalau saya tidak terpilih, program jalan terus".

Menurut Bambang, jumlah kata secara keseluruhan dalam pidato itu ada sekitar 2.987 kata. Namun, yang menyebut "Al-Maidah" dan "Dibohongi" hanya muncul satu kali. Sedangkan kata yang paling sering muncul ialah "program", dan "ikan laut". Karena itu, Bambang meyakini bahwa konteks pidato Ahok adalah mengenai program budidaya perikanan.

"Tema besarnya mempromosikan program budidaya kelautan dan hasil bumi. Itu yang saya lihat inti dibicarakan dalam pidato," kata dia.

Baca: Sidang Ahok Ke-16, Majelis Hakim: Sidang sampai Pukul 12 Malam  

Ketua majelis hakim Dwiarso Budi Santiarto lantas menanyakan, seandainya Ahok tidak menyebut Surat Al-Maidah, "Apakah ini enggak memungkinkan program disampaikan?"

Bambang pun menjelaskan bahwa dalam komunikasi dilakukan secara lisan dan tertulis. Komunikasi yang disampaikan secara lisan tidak bisa mengendalikan kalimat yang diucapkan atau spontan. Sedangkan tulisan masih bisa direvisi sekian kali sebelum diterbitkan.

Dalam kasus ini, Bambang melihat bahwa ucapan Ahok yang menyinggung Surat Al-Maidah hanya karena teringat soal pengalaman pilkada. Selain itu, penyebutan Surat Al-Maidah juga tidak sampai satu menit. "Dua second muncul sambil lalu. Ini letupan spontan dalam konteks pidato berapi-api," ujarnya.

FRISKI RIANA