Metro, Jakarta - Puluhan warga di sekitar pembangunan Tol Cinere-Jagorawi (Cijago) menuntut pemerintah segera membangun sodetan. Pada Selasa, 14 Maret 2017, mereka berunjuk rasa meminta pemerintah segera merampungkan sodetan dan proyek jalan tersebut, karena menyebabkan ribuan rumah warga terendam banjir.

Koordinator warga Muhammad Hidayat mengatakan semenjak pembangunan Tol Cijago, banjir semakin parah di perumahan sekitar tol tersebut. Soalnya, janji untuk membangun sodetan yang mengalihkan luapan air dari Situ Pangarengan ke Kali Sugutamu belum dibuat.

Baca juga: Hujan Hambat Penyelesaian Tunnel Tol Cijago

"Rumah kami jadi terendam banjir yang semakin parah akibat pembangunan Tol Cijago," kata Hidayat di lahan proyek Tol Cijago, yang berada di Kelurahan Baktijaya, Kecamatan Sukmajaya.

Ia menuturkan sedikitnya 3.500 rumah di Perumahan Taman Duta, setiap kali hujan selalu terendam banjir. Belum lagi perumahan lain juga mengalami nasib serupa, diantaranya Perumahan Pondok Duta, Bukit Cengkeh 1 dan 2, Kampung Poncol dan lainya yang selalu tergenang banjir ketika hujan tiba.

"Total ada 9.000 rumah warga di tiga perumahan yang menjadi korban banjir akibat pembangunan tol."

Menurutnya, dengan adanya sodetan yang dijanjikan kontraktor Tol Cijago, air hujan yang turun ke rumah warga akan jauh berkurang. Sebab, air hujan saat ini, tidak tertampung di Situ Pangarengan.

Sehingga, kata dia, air hujan meluap ke Kali Laya dari Situ Pangarengan. Padahal, daya tampung Kali Laya tidak cukup dalam menampung air hujan.

"Akhirnya, luapan air di Kali Laya tumpah ke permukiman warga," ujarnya.

Adapun sodetan yang dijanjikan akan mengalirkan air dari Situ Pangarengan menuju Kali Sugutamu, yang merupakan anak Kali Ciliwung. Pemerintah, kata dia, harus cepat membebaskan lahan Tol Cijago agar banjir di permukiman warga bisa berkurang.

Dari target 1.200 meter panjang sodetan tersebut, kata dia, baru terealisasi 300 meter. Soalnya, pembebasan tol tersebut selalu terhambat.

"Padahal, harusnya tahun kemarin sudah bisa dibebaskan seluruhnya di kawasan Sukmajaya," ujarnya.

Salah seorang warga, Sugiono, 64 tahun, mengatakan rumahnya di Perumahan Bukit Cengkeh dua, sekarang selalu banjir meski hujan hanya sebentar. Padahal, sebelum ada pembangunan tol, banjir hanya terjadi jika hujan dengan durasi lebih dari dua jam mengguyur Depok.

"Sekarang 25 menit hujan rumah saya sudah banjir," ucapnya.

Banjir terparah, kata dia, bisa membuat rumah tenggelam ditelan air. Menurutnya, penyebab banjir karena Kali Laya tidak cukup besar menahan debit air hujan. Apalagi, Kali Laya sudah terjadi sedimentasi yang cukup parah.

"Perumahan warga selalu banjir karena berada di bawah Kali Laya, dan tidak ada sodetan yang mengalihkan air. Semua luapan air dari Situ Pangerengan terpusat di Kali Laya," ujarnya.

Simak juga: Ganti Rugi Jalan Tol Cijago Dinilai Bertele-tele

Kepala Badan Pertanahan Nasional Kota Depok Almaini menargetkan pembebasan lahan di seksi II Tol Cijago, rampung pada April 2017.

Setelah lahan di kawasan warga dibebaskan, baru akan diteruskan dengan pembangunan jalan tolnya. "Tahun ini baru target pembebasan lahannya," ujarnya.

Seksi I Tol Cijago telah rampung 100 persen pembayaran ganti ruginya sejak tahun lalu. Anggaran pembebasan Seksi I mencapai Rp 471 miliar dengan total 1.064 bidang atau seluas 35,02 hektar.

Sedangkan seksi II Tol Cijago baru 95 persen terealisasi. Total anggaran pembebasan yang dikucurkan mencapai Rp 1,14 triliun  dengan luas total pembebasan lahan mencapai 54 hektare atau atau 15.564 bidang dari 1.648 bidang.

IMAM HAMDI