Nasional, Jakarta - Ahli digital forensik, Ruby Alamsyah, tidak sepakat jika perbuatan membobol situs untuk kejahatan adalah bentuk kenakalan remaja. Menurut dia, untuk meretas situs atau jaringan, seseorang memerlukan informasi tentang teknik dan ada niat.

Kalau jenis kejahatan karena kenakalan remaja, kata dia, biasanya dilakukan spontan. "Hacking ini menurut kami perlu niat dan proses," ujarnya saat dihubungi Tempo, Jumat, 7 April 2017.
Baca : Haikal Hacker 4.600 Situs, Pengamat: Jadi Hacker Tak Perlu Jenius

Dia mengatakan hacker bagus dibina jika memang ada lembaga atau korporasi yang berniat menampung bakat mereka. Menurut dia, cara ini dilakukan di negara-negara lain, terutama hacker yang benar-benar jenius.

"Tapi kalau di Indonesia (kasus peretasan) belum terlalu sering dan sedikit tabu," ujar Ruby. "Jangan terkesan sudah melakukan kriminal dan mau dibina. Jangan sampai jadi preseden buruk, kalau mau dibina berbuat kriminal dulu."
Simak juga :
Kawanan Haikal Peretas Ribuan Situs, Siapa Gantengers Crew Ini?
Begini Ulah Kawanan Haikal Meretas Ribuan Situs

Sebelumnya, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigadir Jenderal Rikwanto menjelaskan cara Sultan Haikal, 19 tahun, tersangka peretas ribuan situs,  merekrut anak buah. "Polanya melalui perkenalan di Facebook," ujar dia, Kamis, 6 April 2017

Rikwanto mengatakan pula, Mabes Polri belum mengarah untuk merangkul Haikal karena kemahirannya itu. "Kami masih meneliti dulu, dia siapa, kemampuannya sebesar apa, situs-situs yang dia bongkar seperti apa, dan caranya seperti apa. Masih diperiksa secara mendalam."

Rikwanto enggan membahas soal kelompok Gantengers Crew yang disebut-sebut adalah kelompok Haikal.

REZKI ALVIONITASARI