Dunia, Istanbul - Suasana politik menghangat menjelang referendum konstitusi Turki yang akan digelar secara nasional pada Ahad, 16 April 2017.

Sebelumnya, Maret hingga 9 April 2017, Turki mengadakan referendum bagi warga negaranya di luar negeri antara lain Jerman, Belanda dan Prancis.

Baca: Erdogan, Mencari Kekuatan Besar Melalui Referendum Turki

Pendukung "ya" yang dimotori oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan sangat yakin bahwa mereka bakal menang mudah sehingga sistem politik negara dari parlementer menjadi presidensial bakal terwujud.

Salah satu pendukung "ya" adalah Ali, seorang sopir taksi di Istanbul. Pria berusia 50 tahunan yang kerap berhubungan dengan politikus, pemain sepak bola atau penumpang umum, itu paham betul kehidupan sehari-hari di Turki.

Dia yakin pemilih "ya" bakal memenangkan perubahan konstitusi negaranya. "Hasilnya adalah 'ya' sebagai pemenang," ucap Ali.

Senada dengan Ali, sopir taksi lainya bernama Davut juga mendukung apa yang disampaikan Ali. Bahkan dia memprediksi suara "ya" bakal meraup dukungan 65 persen.

Baca: Referendum Konstitusi Turki, Mengapa Diaspora Dukung Erdogan?

"Saya katakan, pendukung 'ya' bisa mencapai 60 hingga 65 persen," kata lelaki 58 tahun itu. Dia melanjutkan, "Saya akan memilih 'ya' demi anak-anak, untuk masa depan dan kesejahteraan tanah air saya."

Menurutnya, layanan yang diberikan oleh pemerintah sejak era Partai Pembangunan dan Keadilan 2002 belum pernah mengecewakan.

Ali percaya bahwa kudeta 15 Juli 2016 yang mengakibatkan 250 orang tewas dan lebih dari 2.000 orang cedera memiliki dampak pilihan bagi warga Turki. 

"Kudeta adalah upaya menduduki negeri kami. Saya akan memilih 'ya',' ungkapnya.

Yahya UÄŸur, pimpinan perkumpulan sopir taksi di Istanbul (ITEO), membenarkan pendapat para sopir taksi mengenai referendum.

Dia mengatakan, pemilih 'ya' meningkat setelah orang-orang mengerti mengenai perubahan konstitusi. Warga masyarakat menginginkan perubahan setelah selama 40 tahun menunggu.

Baca: Referendum Kontitusi Turki, Koyak Hubungan Dengan Eropa 

"Kami telah mengadakan pertemuan dengan para sopir taksi di sebuah distrik di Istanbul untuk membahas perkembangan terakhir di negara kami," kata pimpinan sopir taksi ini.

"Kami sangat yakin hasilnya 'ya' menang," tuturnya.

Setali tiga uang dengan para sopir taksi itu. Tony, seorang guru bahasa Inggris akan memilih 'yes' demi kejayaan bangsa Turki. Menurutnya, jika bangsa Turki ingin besar maka harus ada perubahan sistem politik.

"Saya mendukung Presiden Erdogan dan saya akan memilih 'ya'. Perlu ada perubahan sistem politik jika Turki ingin menjadi bangsa besar. Sistem politik yang kami miliki sekarang ini tidak berjalan sebagaimana mestinya," kata Tony kepada kontributor Tempo.

Tony menambahkan, Erdogan telah melakukan banyak hal di Turki namun pemberitaan mengenai dia sangat buruk. Mereka kebanyakan tidak paham mengenai apa yang terjadi di Turki. 

"Tulisan mereka sampah!" katanya.

Sementara itu, penentang referendum memiliki alasan mengapa mereka menolak. Sebab, jika pemilih 'ya' memenangkan referendum maka hari-hari buruk akan menimpa Turki.

"Jika pilihan 'ya' menang pada referendum nanti maka hari buruk siap menunggu Turki. Mungkin lima tahun ke depan, Turki akan seperti Iran atau Suriah," ujar seorang staf pengajar di sebuah perguruan tinggi di Turki yang tak bersedia disebutkan namanya dengan alasan keamanan.

Baca: Eksklusif, Catatan Jurnalis Turki Soal Referendum Konstitusi

Kekhawatiran kemenangan kelompok 'ya' juga menghantui warga Turki lainnya. Salah satunya adalah Murat Akıncı, seorang guru Sekolah Dasar di Turki.

Dia mengungkapkan, jika pemilih 'ya' dalam referendum Turki mencapai angka 51 persen maka tamatlah riwayat Turki dan demokrasi. "Ketika dia meninggal, mungkin anak atau sepupu bahkan sopir taksinya bisa menjadi seorang kaisar," ujarnya. 

DAILY SABAH | MARYAM AZ ZAHRA | CHOIRUL AMINUDDIN