Gaya, Denpasar - Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) tengah mencari desainer-desainer muda berbakat di Indonesia. Sosialisasi program seleksi itu diadakan di tiga kota,  diawali di Denpasar, kemudian berlanjut ke Bandung, dan Yogyakarta.

Di Denpasar acara diadakan di Rumah Sanur - Creative Hub, yang berlokasi di jalan Danau Poso.

"Bekraf baru dibuat oleh Perpres 72 tahun 2015. Ini supaya bisa menggeliat di masyarakat agar produk domestik meningkat, tenaga kerja terserap, dan nilai tambah," kata Kepala Subdit Edukasi Sub Sektor Ekonomi Kreatif Toar R.E. Mangaribi, Sabtu, 8 April 2017.

Toar menjelaskan,  Denpasar, Bandung, dan Yogyakarta dipilih karena memiliki potensi kreativitas yang tinggi. "Tidak menutup kemungkinan kota-kota lainnya. Tetap kota-kota lain berperan, karena kami berharap akan banyak talenta desainer muda," ujarnya.

Ia menambahkan, seleksi desainer tidak dilakukan seperti lomba yang mencari juara, namun lewat proses kurasi. Dari hasil kurasi nanti akan ada 30 desainer muda yang terpilih untuk mendapat kesempatan pada tahun ini menambah wawasan dari acara-acara yang diselenggarakan di luar negeri, di antaranya Eropa dan Amerika.

Saat melakukan sosialisasi di Denpasar, Bekraf menghadirkan lima narasumber yaitu Mizan Allan de Neve (Ketua Steering Commitee), Hastjarjo Boedi Wibowo (Penggagas Seleksi Desainer), Singgih Susilo Kartono (Desainer Produk), Gede Kresna (Arsitek), dan Ayip Budiman (Desainer dan Co-founder Rumah Sanur).

Hastjarjo mengatakan seleksi desainer ini khusus untuk pembinaan desainer muda di bawah usia 35 tahun. "Yang dilihat potensi. Karya itu cuma pintu masuk untuk memilih manusia," katanya.

Mizan menjelaskan, desainer adalah orang-orang yang berani menembus batas umum. "Tapi tidak mengganggu siapa-siapa," ujarnya.

Sedangkan Ayip Budiman menuturkan bahwa aturan desainer di Indonesia belum terbentuk. Ia mencontohkan cara berpikir bekerja untuk mendapatkan klien setelah lulus menempuh pendidikan. "Perlu desainer Indonesia yang tidak klien oriented. Kita perlu mengisi 2 hal yang kurang leadership dan manajemen," tuturnya.

Adapun Singgih berpendapat bahwa originalitas sebuah karya bersumber dari wawasan lokalistik. Pria yang dikenal sebagai pembuat radio kayu itu mengatakan dalam berkarya dibutuhkan penggabungan visi yang baru. "Elektronik akan lebih fleksibel dengan material alam. Indonesia akan maju bila memandang desa sebagai potensi," katanya.

Pendapat yang tidak jauh berbeda juga disampaikan Gede Kresna. Menurut dia sebuah karya akan lebih baik jika dimulai dari hal yang terdekat dalam lingkungan sehari-hari. "Ketika menggunakan material alam mampu memberikan keuntungan orang-orang di sekitar kita. Substansi tradisi harus ditanamkan anak-anak muda," ucapnya.

Pencarian potensi desainer muda oleh Bekraf mencakup di antaranya arsitektur, interior, komunikasi visual, fashion, tata cahaya, produk, tekstil, dan kriya. Acara sosialisasi Bekraf di Denpasar menyedot antusiasme ratusan desainer muda yang hadir.

Elizabeth Marcellina, 27 tahun, salah satu desainer fashion yang hadir mengatakan sosialisasi Bekraf membangun wawasan kreativitas. "Ini menarik (sosialisasi untuk seleksi desainer). Saya berminat untuk memantapkan pengalaman sebelumnya," katanya. "Saya ingin go up, untuk mengelola produk merek."

BRAM SETIAWAN